When Corona Forced You Not To Travel


no caption needed

sudah hampir 3 bulan kita berjuang di tengah pandemi ini yang mana memunculkan kebosanan tersendiri di tengah ketidakberdayaan kita dikarenakan adanya anjuran social distancing yang pastinya juga menjadikan jiwa travelingku gundah gulana karena tidak bisa kemana-mana. Harusnya bulan Maret lalu gw ke Singapore tetapi Corona memporakporandakan jadwal traveling gw tahun ini.
Awalnya gw ga terlalu serius menanggapi virus ini dengan tetep kekeuh mau berangkat ke Singapore secara tiket uda gw beli dari jaman sebelum Corona eksis. Tapi bukan traveler yang baik kalau kamu main nekat aja karena bagaimanapun gw selalu mengupdate situasi di negara yang akan gw tuju dan pastinya kebijakan di dalam negeri sendiri. Setelah 2 minggu sebelum keberangkatan dapat update di grup wa tentang adanya isolasi mandiri selama 14 hari ketika tiba di Singapore akhirnya gw pun membatalkan trip ini. Ditambah lagi dapat notifikasi dari maskapai bahwa penerbangan gw di cancel dikarenakan pandemi ini. Ada sih sedikit kekecewaan karena ga bisa piknik belum lagi ngurus refund tiket yang hampir bikin putus asa dan emosi jiwa memuncak. But this life we can plan something but we'll never know how everything will end. But back then we have to be realistic in facing uncertain situation. Beruntungnya aku ikut kelas meditasi sejak beberapa tahun lalu so i know how to deal with the messy things in life, so unable to travel is not a big problem for me. And being a traveler also teach me how to be realistic person because traveling is not always fun so i know how to deal with the things that out of plans.
Sudah 2x libur lebaran gw habiskan dengan traveling seperti tahun lalu yang mana gw menghabiskan waktu 9 hari buat traveling ke Myanmar. Sepertinya tahun lalu adalah pengalaman traveling terburuk gw yang mana gw 2x mengalami kejadian tidak mengenakkan dalam setahun yang pertama backpack dibobol pas landing di Manila dan yang kedua pas landing di Yangon. Pas dibobol di Manila gw cuma kehilangan kacamata yang untungnya cuma kacamata murah tapi pas di Yangon gw kehilangan kamera poket gw yang mana saat itu gw merasakan kepanikan yang luar biasa yang tidak pernah gw alami selama solo traveling tapi untungnya gw bisa menguasi diri dan kembali tenang like nothing happen. Just info selama traveling sebenarnya gw jarang pakai bagasi karena males antri ambil bagasi tetapi kebetulan tahun lalu gw dapet promo tiket maskapai full service semua jadilah gw memanfaatkan free bagasi yang berujung pada keapesan itu walaupun keapesan ini sebenarnya juga salah satu akibat dari kecerobohan gw. kalau ga apes mungkin gw ga akan belajar untuk berhati-hati. Maybe i'll write later about kesialan selama traveling gw ke beberapa tempat.
kembali ke topik dimana gw ga bisa traveling pastinya bikin hidup gw hampa tapi balik lagi bahwa inilah realita yang harus dihadapi dan sadari bahwa dalam hidup ada hal-hal yang bisa kita kontrol dan ada hal-hal yang tidak bisa kita kontrol yang seringkali berasal dari luar diri kita seperti munculnya corona yang tiba-tiba mengejutkan jagad raya ini. Gw sendiri tidak terlalu tertarik dengan segala update terkait corona tapi bukan berarti gw menganggap sepele corona jadi gw pun mengikuti anjuran untuk melakukan social distancing dan untungnya gw emang tipe orang yang suka menyendiri jadi ada atau tidaknya corona tidak terlalu berimbas banyak ke hidup gw selain ga bisa traveling dan nongkrong. Tapi hikmah positifnya adalah gw jadi lebih hemat walaupun ga bikin kaya juga sebenernya. lets say that i am the kind of positive person that always look at the bright side in every single things that happen in my life. Maybe some of you will ask me how can i being positive all the time ? yaitu tadi kuncinya adalah being aware and fully meditative. Seperti yang gw bilang di atas bahwa beruntung gw pernah ikut kelas meditasi yang mana di meditasi ini diajarkan untuk memanage pikiran dengan baik so dengan begitu kita tau bagaimana harus bereaksi. Yes the only things we can control is our mind and our reaction. Jadi ya gw ga mau mikir berlebih soal corona dan ga mau over reaktif juga dalam menanggapi kemunculan virus ini. This pandemic is just a problem we need to deal with so just accept them as they are. Kalau cuma ga bisa piknik itu bukan masalah besar buat gw karena kebetulan sebenarnya tahun ini jatah gw lebaran di rumah belum lagi juga masa berlaku paspor akan habis ditambah dengan adanya corona ini mungkin mengingatkan gw bahwa ada hal yang lebih penting untuk gw lakukan selain traveling seperti memperbaiki kondisi keuangan gw misal karena jujur i am not good at manage my financial problem, fokus sama kesehatan gw yang mana membuat gw impulsif buat beli sepeda yang memang sudah diinginkan dari beberapa waktu yang lalu dengan harapan bakal rajin olahraga biar sehat (semoga bukan wacana doang).
Selain itu juga corona mengingatkan gw untuk menahan diri bahwa tidak semua keinginan kita itu harus dipenuhi saat ini juga. Gw yakin akan ada saatnya gw bakal traveling lagi dan nongkrong lagi tapi saat ini yang bisa dilakukan adalah bersabar dan berdamai dengan keadaan yang tidak menentu ini dan pastinya mengikuti anjuran untuk tetap melakukan social distancing biar keadaan segera membaik. Seberapa cepat pandemi ini berakhir pastinya bergantung kepada kesadaran kita untuk menaati anjuran yang berlaku di masyarakat so don't be selfish and be a fool. We have to fight together in order to make things getting better.
Kalau selama social distancing ada kebosanan pasti wajar, bahkan di saat belum ada social distancing pun kita suka merasa bosan bukan dengan rutinitas kita so apa bedanya dengan sekarang ?
Ketika kebanyakan orang pada work from home gw tetep harus ngantor karena pekerjaan gw ga bisa dilakukan dari rumah. Rute gw setiap hari cuma seputar kosan kantor walaupun kadang-kadang gw masih ke mall karena memang ada sesuatu yang harus dibeli itupun gw pasti ga bakal berlama-lama di luar. Di luar pekerjaan kantor gw menghabiskan waktu gw buat tidur, netflix-an, baca buku dan  main game yang mana tidak pernah gw lakukan sebelumnya. Bosen ? Pasti, tapi balik lagi bahwa semua itu cuma soal mindset. Yang penting ga bosen hidup aja.....

Posting Komentar untuk "When Corona Forced You Not To Travel"