Desa Kemuning di mana kearifan lokal masih terjaga

kunjungan ke kampung berseri astra di desa Kemuning
Meskipun malam itu aku baru pulang nongkrong jam 1 dini hari dan baru tidur satu jam kemudian tetapi tidak menyurutkan niatku untuk bangun pagi sabtu itu, hari di mana aku akan bergabung dengan teman-teman blogger dan beberapa wartawan untuk melakukan kunjungan ke Kampung Berseri Astra yang ada di Kemuning Desa Bunder Kabupaten Gunung Kidul.
Dan ternyata bukan hanya aku saja yang bersemangat pagi itu karena sepertinya matahari pagi itu pun menunjukkan semangatnya dengan menampakkan keindahannya padaku sehingga membuatku tak sabar untuk segera bergegas ke Satoria Hotel tempat di mana teman-teman berkumpul sebelum akhirnya bertolak ke kampung Kemuning. Tak ingin terlambat aku pun segera memesan ojek online untuk menuju Satoria Hotel.

indahnya matahari pagi sebelum bertolak ke Kemuning
Sesampainya di Satoria ternyata sudah ada beberapa teman berkumpul dan tak perlu menunggu lama akhirnya ketika semua orang sudah berkumpul dan jarum jam hampir menunjukkan pukul 8 pagi kami pun segera bergegas masuk ke mobil yang sudah di siapkan oleh pihak Astra untuk segera berangkat menuju kampung Kemuning di desa Bunder Patuk Gunung Kidul. Karena masih merasakan kantuk maka saya pun memilih untuk tidur di perjalanan hingga tak terasa saya sudah terbangun ketika akan memasuki area kampung Kemuning. Dan tak terasa ketika bangun ternyata sudah hampir sampai di Kampung Kemuning. Jalan menuju kampung Kemuning ini dipenuhi oleh tanaman kayu putih di kanan kirinya dan juga pohon jati yang berjajar rapi menambah asri suasana pagi itu.
tanaman kayu putih
Tak lama kemudian kami pun sampai di pendopo kampung kemuning yang terletak di depan telaga Kemuning. Beberapa penduduk sudah berbaris rapi menyambut kedatangan kami. Sebelum memasuki pendopo kami diharuskan memakai jarik yang merupakan hasil karya warga Kemuning. Tidak hanya itu saja tetapi wajah kami pun diperciki dengan air yang sudah dicampur daun kemuning dan tak lupa disematkan bengle di pakaian kami.

prosesi pemakaian kain jarik

air yang sudah dicampur daun kemuning

bengle sebagai simbol tolak bala
Prosesi di atas bukan tanpa maksud dan tujuan pastinya karena menurut penuturan Pak Suhardi selaku kadus Kemuning, kami yang hadir di sini di anggap seperti bayi yang baru lahir dan layaknya bayi itulah kenapa dipakaikan kain jarik dan dipakaikan bengle sebagai simbol tolak bala. Di samping itu air kemuning sendiri merupakan simbol kejernihan pikiran sehingga diharapkan kita senantiasa berpikiran jernih dan selalu memiliki pikiran yang terbuka.

Setelah semua peserta menjalani prosesi dipakaikan jarik, diperciki air kemuning dan dipasangi bengle maka  kami pun berkumpul di aula pendopo untuk mendengarkan sambutan dari pihak terkait antara lain Bapak Suhardi selaku kadus dusun Kemuning, Bapak Nanda selaku perwakilan Astra dan Bapak Eli Murtono selaku perwakilan Dinas Pariwisata kabupaten Gunung Kidul. Selama mendengarkan sambutan tersebut kami pun disuguhi makanan lokal berupa kacang rebus dan gaplek geprek dimana gaplek geprek ini perlambang ujian hidup dimana selalu ada proses yang harus dilalui untuk menjadikan segala sesuatunya lebih bernilai.

gaplek geprek
Karena nilai-nilai budaya yang masih mengakar kuat inilah yang mungkin menjadikan kampung kemuning terpilih sebagai salah satu Kampung Berseri Astra (KBA). Ada yang tau ga apa itu Kampung berseri Astra ? Aku sendiri juga baru tau KBA ketika berkunjung ke Kampung Kemuning ini....hehehe.... Di mana KBA merupakan program Kontribusi Sosial Berkelanjutan Astra yang diimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan 4 pilar program yaitu Pendidikan, Kewirausahaan, Lingkungan dan Kesehatan.

Selama di Kampung Kemuning kami diajak berkeliling desa untuk meninjau kegiatan terkait dengan 4 pilar program seperti yang sudah disebutkan di atas. Untuk pilar pendidikan Kampung Kemuning mempunyai PAUD sendiri yang pastinya dikelola oleh warga setempat.

proses belajar di PAUD
Sedangkan di sektor kewirausahaan warga Kemuning khususnya ibu-ibu juga bahu mambahu untuk menghasilkan produk yang bernilai jual lebih seperti banana roll, keripik dari bahan ketela dan juga jenang yang bisa kita beli sebaga buah tangan ketika kita berkunjung kesini sehingga secara tidak langsung kita membantu pertumbuhan ekonomi di kampung ini.

keripik dari singkong

proses pembuatan jenang

proses pembuatan banana roll
Terkait dengan lingkungan Kampung Kemuning juga mempunyai tempat pengolahan sampah sendiri yang berlokasi di samping rumah pak Kadus.

proses pemilahan sampah
Sedangkan terkait kesehatan warga kampung rutin melakukan pemeriksaan kesehatan kepada orang lanjut usia dan anak-anak balita.

Dari semua kegiatan di atas sebenarnya ada satu kegiatan yang menyita perhatian saya yaitu ketika saya menyaksikan beberapa anak-anak berlatih menari dan saya tidak tau ini masuk di pilar yang mana..haha.... Di era modern ini sangat jarang saya menjuampai anak muda mau melestarikan kebudayaan seperti belajar menari dan seketika saya menjadi malu kepada diri sendiri karena ternyata saya tidak ada apa-apanya dibandingkan anak muda di sini dan saya sungguh salut dengan apa yang telah mereka lakukan untuk tetap menjaga budaya dengan mempelajari tari gambyong, gebyok anting-anting, tari perang dan sesonderan yang mana merek rajin berlatih di hari sabtu dan minggu.

pertunjukkan tari
Saking asyiknya menikmati tarian dari anak-anak ini saya baru tersadar ketika ternyata teman-teman sudah berjalan menuju ke posyandu dan tak terasa kunjungan ke Kampung Kemuning ini sudah akan berakhir. Sambil menunggu dan mengamati proses pemeriksaan kesehatan kami pun disuguhi wedang secang dan kembul bujono tumpeng beserta ingkung sebagai simbol ketaatan pada Tuhan. Tumpeng dan ingkung ini biasanya hanya disajikan setahun sekali pada hari rabu kliwon di saat peringatan merti desa atau rasulan. Kenapa dipilih hari Rabu Kliwon ? Karena banyak doa yang dikabulkan di hari tersebut, menurut penuturan Pak Hardi. Dari semua prosesi ini saya jadi tau bahwa ternyata doa itu tidak hanya cukup diucapkan saja tetapi juga membutuhkan simbol seperti pemakaian jarik, diperciki air kemuning dan juga dipasangi bengle sampai dengan tumpengan.
Selain kearifan lokal ini kampung Kemuning juga mempunya tempat wisata berupa telaga yang menambah daya tarik wisata kampung Kemuning.
telaga Kemuning
Jadi kalau kalian ingin berwisata sambil belajar soal budaya maka Kampung Kemuning adalah pilihannya. Aku udah kesini lho, kalian kapan ?
 



Posting Komentar untuk "Desa Kemuning di mana kearifan lokal masih terjaga"